Rabu, 11 Februari 2015

Assassin's creed: Rogue VS Unity

Now it's time for game review!!!!

Yeay!!!

Dua judul terbaru untuk franchise assassin's creed akhirnya di release
Assassin's Creed: unity & Assassin's Creed: Rogue.

Masing - masing punya kelebihan dan kekurangan sendiri, apa aja itu, let's cekidot!!

Plot:

Baik unity maupun rogue memiliki cerita yang sangat menarik. Unity bercerita mengenai master andro, seorang pemuda yang merupakan anak dari seorang assassin yang di bunuh ketika andro masih kecil.

Sekilas mungkin terlihat mirip dengan karakter Ezio Auditore dari entri sebelumnya, tetapi di sini yg menarik adalah, Andro di adopsi oleh seseorang yang ternyata adalah seorang templar!. Bagaimana kelanjutannya.... silahkan mainkan sendiri.

Bagaimana dengan Rogue?

Rogue juga memiliki cerita yang tak kalah menarik, Rogue berfungsi sebagai penyambung cerita dari assassin's creed 4 dengan assassin's creed unity.

Bercerita mengenai Shay O'Mac, seorang assassin yang beralih haluan menjadi seorang templar, mengapa itu bisa terjadi?. Jawabannya bisa kalian cari saat memainkan game ini.

Gameplay:
Unity memiliki banyak sekali perubahan gameplay.

Sistem pergerakan karakter di buat berdasarkan seni olahraga Parkour, sehingga mempermudah navigasi pergerakan karakter di kota.

Sistem pertarungan juga di buat menyerupai olahraga fencing, sehingga mempersulit untuk memenangkan pertarungan ketika melawan musuh dan menjadi sebuah tantangan tersendiri.

Sistem skill juga di rubah menjadi sistem upgrade. Dimana untuk mendapatkan skill tertentu (blending, double assassination, dll) hanya bisa dibuka ketika kita mendapatkan point dari misi yang sudah kita jalankan.

Dan juga, karena ber-setting revolusi prancis akan banyak sekali accidental event yg terjadi sepanjang kota prancis.

Last but not least, multiplayer mission, sebuah misi yang bisa dilakukan sejumlah pemain.

That's about unity, what about rogue?

Secara garis besar hampir mirip dengan assassin's creed 4 : black flag.
Perbedaannya adalah, disini kita melawan assassin!

Disini musuh - musuh yang hadir bisa bersembunyi, selayaknya yang biasa kita lakukan pada entri - entri sebelumnya.

Dan bukannya misi untuk membunuh, kita mendapatkan misi untuk mencegah pembunuhan!

Juga, kapal musuh bisa menyerang balik dan menginvasi kapal kita.

That's all about them now into my final verdict:

Rogue!!!
Absolutely!

Kenapa?
Walaupun unity memiliki banyak kelebihan, sangat disayangkan banyak juga glitch yang dimiliki unity.

Dan itu sangat sangat SANGAT MENGGANGGU!

Mulai dari karakter yang shuffling, kemudian tiba - tiba karakter ngeden gak bisa manjat, atau yang sangat fatal adalah tipe glitch "jump to infinity.... and beyond..." yang akan langsung menyebabkan instant kill.

Jika saja, tidak banyak glitch yang hadir, mungkin saya akan mempertimbangkan unity, mengingat keduanya memberikan experience baru dalam franchise Assassin's Creed.

That's all for now, and next I'll talk about "Middle Earth : Shadow of mordor"

Selasa, 10 Februari 2015

The Last of Us: One Night LIve

Aku paling suka sama yang namanya inovasi, entah itu dari sesuatu yang baru atau kombinasi dari 2 konsep yang berbeda, atau... in this case.... konversi suatu media ke media lainnya.

The Last of Us: One Night Live

So.... to celebrate The remastered version of The Last of Us untuk PS4, Naughty Dog mengadakan The Last of Us: One Night Live, konsepnya adalah live reading di depan penonton.

Buat kalian yang gak tahu The Last Of Us, kalian bisa baca review ku sebelumnya.

Oke, buat kalian yang belum pernah memainkan game ini, The Last Of Us mempunyai keunggulan utama di narasi cerita, bahkan (i'm really hate to say this) lebih baik dari Metal Gear Solid, very very touchy.

Simplenya, punya jalan cerita yang bagus, bahkan klo bisa ku saranin, ketimbang kalian nonton film bioskop geje, mending kalian mainin game ini, walaupun kalian bukan gamer (easy mode aja lha..)

That's about The Last of Us.
Now let's dive into The Last of Us: One Night Live.

It really take my attention, to convert a video game into an opera-ish performance it's a new thing for me.

So this is how they done it:
The Director of The Last of Us (Neil Druckmann) become the narrator, para voice actor memerankan masing - masing karakter mereka.
Secara garis besar, para voice actor akan melakukan reading dari beberapa scene di The Last Of Us, setiap scene akan diselingi dengan narasi dan musik performance dari Music Director The Last of Us (Gustavo Santaolalla).

Let me get it straight
I mean, i'm not into an opera, but I've seen it a few times so basically i knew the concept.
I've watched a stand-up comedy convert into opera style
I've watched a music performance convert into opera style
and now this performance...

It's so bad...

Maksud ku, sebagai seorang yang pernah memainkan (dan jatuh cinta) The Last of Us, bentuk pertunjukkan ini sangat amat gampang di konsumsi, dan beberapa reading session (yang sukses) berhasil membawa rasa lama (cieeeh.. bahasanya lho) yang hadir ketika kita melihat scene ini pertama kali lewat video game.

Tapi sebagai seorang penikmat seni, pertunjukkan ini sangat - sangat absurd, dengan memilih hanya beberapa potongan scene, membuat orang yang tidak pernah mengikuti The Last of Us akan kebingungan dengan jalan cerita, ada banyak critical scene, yang menurut saya, harusnya ditampilkan. Seperti awal mula Joel dan Ellie bertemu untuk memperlihatkan starting point dari relationship mereka berdua, kemudian bagaimana mereka berpisah dengan beberapa teman seperjalanan mereka dll.

Neil Druckmann sangat tidak membantu sebagai narator, dia menggunakan asumsi bahwa semua penonton mengetahui jalan cerita, sehingga dalam memberi narasi terlihat ingin mempercepat narasinya sehingga tidak terlalu jelas akan kondisi cerita yang sedang berjalan.

Final Verdict:

I really love this performance, but in the same time, i hate it.
Jika kalian pernah memainkan The Last of Us, The Last of Us: One Night Live is a great thing to watch, seperti yang aku bilang sebelumnya beberapa performance berhasil mereka lakukan dengan sangat baik, klo kata Neil "fuck yeah they nailed it" moment.

Di satu sisi, sangat disayangkan, mengingat The Last of Us mempunyai kekuatan terbesar dalam cerita, dengan fokus utama pada hubungan 2 karakternya (Joel & Ellie), sehingga menurut saya tidak akan terlalu sulit bagi Naughty Dog untuk mengubahnya ke bentuk opera, mungkin ini hanya sebagai eksperimen awal mereka, siapa tahu.... di tahun depan, mereka akan buat live version yang lebih matang.

And by the way naughty dog.... please... please... please... don't make a sequel for The Last of Us, it has to stop it here.

For those who want to watch The Last of Us: One Night Live, bisa kalian cek di sini: https://www.youtube.com/watch?v=aAhT9gbmOtw