Selasa, 10 Februari 2015

The Last of Us: One Night LIve

Aku paling suka sama yang namanya inovasi, entah itu dari sesuatu yang baru atau kombinasi dari 2 konsep yang berbeda, atau... in this case.... konversi suatu media ke media lainnya.

The Last of Us: One Night Live

So.... to celebrate The remastered version of The Last of Us untuk PS4, Naughty Dog mengadakan The Last of Us: One Night Live, konsepnya adalah live reading di depan penonton.

Buat kalian yang gak tahu The Last Of Us, kalian bisa baca review ku sebelumnya.

Oke, buat kalian yang belum pernah memainkan game ini, The Last Of Us mempunyai keunggulan utama di narasi cerita, bahkan (i'm really hate to say this) lebih baik dari Metal Gear Solid, very very touchy.

Simplenya, punya jalan cerita yang bagus, bahkan klo bisa ku saranin, ketimbang kalian nonton film bioskop geje, mending kalian mainin game ini, walaupun kalian bukan gamer (easy mode aja lha..)

That's about The Last of Us.
Now let's dive into The Last of Us: One Night Live.

It really take my attention, to convert a video game into an opera-ish performance it's a new thing for me.

So this is how they done it:
The Director of The Last of Us (Neil Druckmann) become the narrator, para voice actor memerankan masing - masing karakter mereka.
Secara garis besar, para voice actor akan melakukan reading dari beberapa scene di The Last Of Us, setiap scene akan diselingi dengan narasi dan musik performance dari Music Director The Last of Us (Gustavo Santaolalla).

Let me get it straight
I mean, i'm not into an opera, but I've seen it a few times so basically i knew the concept.
I've watched a stand-up comedy convert into opera style
I've watched a music performance convert into opera style
and now this performance...

It's so bad...

Maksud ku, sebagai seorang yang pernah memainkan (dan jatuh cinta) The Last of Us, bentuk pertunjukkan ini sangat amat gampang di konsumsi, dan beberapa reading session (yang sukses) berhasil membawa rasa lama (cieeeh.. bahasanya lho) yang hadir ketika kita melihat scene ini pertama kali lewat video game.

Tapi sebagai seorang penikmat seni, pertunjukkan ini sangat - sangat absurd, dengan memilih hanya beberapa potongan scene, membuat orang yang tidak pernah mengikuti The Last of Us akan kebingungan dengan jalan cerita, ada banyak critical scene, yang menurut saya, harusnya ditampilkan. Seperti awal mula Joel dan Ellie bertemu untuk memperlihatkan starting point dari relationship mereka berdua, kemudian bagaimana mereka berpisah dengan beberapa teman seperjalanan mereka dll.

Neil Druckmann sangat tidak membantu sebagai narator, dia menggunakan asumsi bahwa semua penonton mengetahui jalan cerita, sehingga dalam memberi narasi terlihat ingin mempercepat narasinya sehingga tidak terlalu jelas akan kondisi cerita yang sedang berjalan.

Final Verdict:

I really love this performance, but in the same time, i hate it.
Jika kalian pernah memainkan The Last of Us, The Last of Us: One Night Live is a great thing to watch, seperti yang aku bilang sebelumnya beberapa performance berhasil mereka lakukan dengan sangat baik, klo kata Neil "fuck yeah they nailed it" moment.

Di satu sisi, sangat disayangkan, mengingat The Last of Us mempunyai kekuatan terbesar dalam cerita, dengan fokus utama pada hubungan 2 karakternya (Joel & Ellie), sehingga menurut saya tidak akan terlalu sulit bagi Naughty Dog untuk mengubahnya ke bentuk opera, mungkin ini hanya sebagai eksperimen awal mereka, siapa tahu.... di tahun depan, mereka akan buat live version yang lebih matang.

And by the way naughty dog.... please... please... please... don't make a sequel for The Last of Us, it has to stop it here.

For those who want to watch The Last of Us: One Night Live, bisa kalian cek di sini: https://www.youtube.com/watch?v=aAhT9gbmOtw


Tidak ada komentar:

Posting Komentar